Minggu, 13 November 2011

Laporan Praktikum Avertebrata Air Filum Porifera


LAPORAN PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR



PRAKTIKUM 1
(FILUM PORIFERA)




 



Oleh :

          NAMA              :   ASHAR JUNIANTO

          STAMBUK        :    I1A1 10 050

          P. STUDI          :    M S P (B)

          KELOMPOK    :    2 (DUA)

          ASISTEN         :    TRI MULYANI




FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011



I . PENDAHULUAN
1.1.  latar Belakang
Filum  Porifera  atau Spons adalah hewan yang didefinisikan sebagai metazoa sessile (multi-bersel hewan) yang memiliki asupan air dan bukaan stopkontak terhubung dengan kamar berjajar dengan choanocytes, sel-sel dengan cambuk seperti flagela. Namun, beberapa karnivora spons telah kehilangan sistem aliran air ini dan choanocytes (Anonim, 1996)
Porifera atau spon habitatnya menempel di karang dan biasanya hidup berkoloni secara berkelompok. Struktur tubuh yang paling sederhana dalam spons adalah tabung atau bentuk vas yang dikenal sebagai "asconoid", tetapi ini sangat membatasi ukuran hewan. Jika hanya ditingkatkan, rasio volume ke permukaan meningkatkan luas, karena permukaan meningkat sebagai persegi panjang atau lebar sementara volume meningkat secara proporsional untuk kubus. Jumlah jaringan yang membutuhkan makanan dan oksigen ditentukan oleh volume, tetapi kapasitas pompa yang memasok makanan dan oksigen tergantung pada area yang dicakup oleh choanocytes. Spons Asconoid jarang melebihi 1 milimeter (0,039 in) diameter (Oemarjati, dkk, 1990).
Porifera terususun atas mesohyl atau seperti jelly diantara dua lapisan. Sementara semua hewan memiliki sel terspesialisasi yang dapat berubah menjadi sel-sel khusus, spons adalah hewan unik yang memiliki beberapa sel khusus, tetapi juga dapat memiliki sel-sel khusus yang dapat berubah menjadi jenis lain, sering bermigrasi antara lapisan sel utama dan mesohyl dalam proses. Spons tidak memiliki saraf, pencernaan atau sistem sirkulasi. Sebaliknya, sebagian besar bergantung pada pemeliharaan aliran air konstan melalui tubuh mereka untuk mendapatkan makanan dan oksigen dan untuk menghilangkan limbah, dan bentuk tubuh mereka disesuaikan untuk memaksimalkan efisiensi aliran air. Semua hewan air sesil dan, meskipun ada spesies air tawar, sebagian besar adalah laut (air asin) spesies, mulai dari zona pasang surut sampai kedalaman 8.800 meter melebihi 5,5 mil (Anonim, 1996).
Spons Kebanyakan bekerja agak mirip cerobong asap: mereka mengambil dalam air pada bagian bawah dan mengeluarkan itu dari osculum ("mulut kecil") . Karena arus ambien yang lebih cepat di atas, efek hisap yang mereka hasilkan melakukan beberapa pekerjaan secara gratis. Spons dapat mengontrol aliran air dengan berbagai kombinasi yang sepenuhnya atau sebagian menutup osculum dan ostium (pori-pori asupan) dan memvariasikan mengalahkan flagella, dan dapat menutupnya jika ada banyak pasir atau lumpur dalam air (Anonim, 1996).
Spons tidak memiliki sirkulasi yang berbeda, pernapasan, pencernaan, dan sistem ekskretoris - bukan sistem aliran air yang mendukung semua fungsi tersebut. Mereka menyaring partikel makanan keluar dari air yang mengalir melalui mereka. Partikel yang lebih besar dari 50 mikrometer tidak bisa masuk ostium dan pinacocytes mengkonsumsi mereka dengan fagositosis (pencernaan melanda dan internalSpons lebih berlimpah tetapi kurang beragam di perairan beriklim daripada di perairan tropis, mungkin karena organisme yang memangsa spons lebih berlimpah di perairan tropis. spons Kaca adalah yang paling umum di perairan kutub dan di kedalaman laut beriklim sedang dan tropis , sebagai konstruksi, mereka memiliki tubuh yang berpori memungkinkan mereka untuk mengekstrak makanan sebagai nutrien mereka. (Wikipedia, 2009).
Maka dari itu melalui kegiatan praktikum ini kita dituntut untuk bisa mengidentifikasi bagian-bagian tubuh filum porifera, sehingga dapat mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tubuh tersebut.

1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum untuk mengetahui filum forifera secara morfologi dan anatomi serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum forifera.
Manfaat praktikum sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum forifera.




II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Klasifikasi
            Menurut  Rohana (2003)  spons (Callyspongia sp) di  klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom     :     Animalia
                    Filum      :    Porifera
                           Sub filum   :   invertebrata
                                Class        :   Demospongia
                                     Sub class   :   Keratosa
                                          Ordo    :   Haplosclerida                              
                                                Famili   :   Callyspongiidea
                                                     Genus      :   Callyspongilla
                                                          Species    :  Callyspongia sp     
 





 



                                                                  ( Sumber  :  Dok. Pribadi, 2011)
                                 Gambar 1. Bentuk  Spons (Callyspongia sp)                   




2.2.  Morfologi dan Anatomi
            Porifera merupakan hewan berpori, dikatakan berpori karena disekitar tubuhnya banyak terdapat lubang-lubang kecil. Porifera memiliki ukuran tubuh yang beranekaragam dengan tinggi bisa mencapai 90 cm dan lebar 1 cm. Porifera atau spon memiliki tiga lapisan sel utama yakni lapisan yang mirip jeli (Mesoglea), Pinacocyte atau Pinacoderm, dan Choanocyte atau Spongocoel (Aslan, dkk, 2006).
            Porifera secara morfologi memiliki ciri-ciri yang spesifik antara lain :  Asconoid, Syconoid dan Leuconoid. Pencernaannya terjadi secara intraseluler didalam koanosit dan amoebosit (Wikipedia, 2009).

2.3.  Habitat dan Penyebaran
Porifera mempunyai 3000 spesies dan secara umum hidupnya dilaut dangkal sampai kedalaman  5 km. dari 3000 ribu spesies yang dikenal hanya 150 spesies yang hidup di air tawar sampai kedalaman 2 meter dan jarang lebihn dari 4 meter yang biasanya hidup pada air jernih dan tenang. Dilaut jenis calcarea  umumnya terbatas pada daerah pantai dangkal (Suwignyo, 2004).                                                     
2.4.  Reproduksi dan Daur hidup
Porifera dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara aseksual porifera memiliki tiga cara reproduksi yakni : fragmentasi, pembentukan tunas, dan dengan memproduksi gemmules. Fragmen dari spons dapat terlepas oleh arus atau gelombang. Mereka menggunakan mobilitas pinacocytes mereka dan choanocytes dan membentuk kembali dari mesohyl untuk kembali menempel ke permukaan yang sesuai dan kemudian membangun kembali diri mereka sebagai spons kecil namun fungsional selama beberapa hari. Kemampuan yang sama memungkinkan spons yang telah diperas melalui kain halus untuk regenerasi. Sebuah fragmen spons hanya dapat meregenerasi jika mengandung kedua collencytes untuk menghasilkan mesohyl dan archeocytes untuk menghasilkan semua jenis sel lain. Sebuah spesies sangat sedikit berkembang biak dengan tunas.  Sedangkan secara seksual Sebagian besar porifera adalah hermafrodit (berfungsi sebagai kedua jenis kelamin secara bersamaan), meskipun spons tidak memiliki gonad (organ reproduksi). Sperma diproduksi oleh choanocytes atau ruang choanocyte seluruh yang tenggelam ke mesohyl dan membentuk kista spermatika sementara telur dibentuk oleh transformasi archeocytes, atau choanocytes pada beberapa spesies. Setiap telur umumnya memperoleh satu kuning dengan mengkonsumsi "sel-sel perawat". Selama pemijahan, sperma meledak keluar dari kista dan dikeluarkan melalui osculum tersebut. Jika mereka kontak dengan spons dari spesies yang sama, aliran air membawa mereka untuk ke choanocytes sehingga menelan mereka namun, bukannya mencerna mereka, bermetamorfosis menjadi bentuk ameboid dan membawa sperma melalui mesohyl untuk telur  (Rohana, 2003).

2.5.Makanan dan Kebiasaan makan
            Makanan porifera berupa zat-zat organic atau partikel-partikel yang sederhana  dan semua organisne kecil seperti plankton.  Porifera tidak mempunyai alat pencernaan khusus, system pencernaannya bersifat intraseluler.  Zat makanan yang diambil oleh sel-sel koanosit yang diteruskan ke spongosoel mengikuti aliran air ke oskulum (Wikipedia, 2009).

2.6.  Nilai Ekonomis                                                 
Berbicara tentang nilai ekonomis. Porifera tidak banyak memberikan keuntungan pada manusia, namun diantara beberapa porifera  ada yang menguntungkan yaitu spons yang berspikula dapat di manfaatkan sebagai alat untuk membersihkan badan dan spon yang berwarna orange (Axinella canabina) di perdagangkan sebagai penghias akuarium air laut (Kimball, 2000)       Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hipposngia dapat digunakan sebagai alat gosok. Zat kimia yang dikeluarkan memiliki potensi obat penyakin kanker dan penyakit lainnya (Anonim, 2008).
III.  METODE PRAKTIKUM


3.1.  Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 1 November 2011, pukul 15.30 – 17.30 dan bertempat dilaboratorium C  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.  Universitas Haluoleo, Kendari.

3.2.  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat dalam Tabel berikut :
               Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan  pada  praktikum Filum    
                             Porifera beserta kegunaannya
No
Alat dan Bahan
Kegunaan
1







2
Alat :
- Baki (disketing pan)
   - Pisau Bedah (scalpel)
   - Pinset (forceps)
- Alat tulis menulis
- Alkohol 70 %
- Kantong plastik
- Wadah/toples
Bahan :
   - Callyspongia sp

 Sebagai media alas untuk objek yang diamati
 Mengiris dan membedah objek yang diamati
 Mengambil objek yang diamati
 Untuk menulis dan menggambar
 Untuk mengawetkan bahan
 Untuk menyimpan objek
 Untuk menyimpan objek

 Objek yang di amati
3.3.  Prosedur Kerja
1.  Melakukan pengamatan pada organisme yang telah di ambil dari perairan
2.  Meletakkan organisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian 
     organisme tersebut
3.  Menggambarkan bentuk secara morfologi dan anatomi bagian-bagian
     organisme yang telah di identifikasi dan diberi keterangan pada buku gambar



IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, bentuk morfologi filum porifera utamanya pada spongs (Callyspongia sp.) adalah sebagai berikut :
                                                                                   
Keterangan :
1.      Osculum
2.      Holdfast
3.      Spongocoel





Gambar 2. Morfologi Spongs (Callyspongia sp)



                                                                                                      Keterangan :

1.      Spongocoel
                                                                                                           










Gambar. 3. Anatomi Sponge ( Callyspongia sp)
4.2.  Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan bahwa porifera atau spons memiliki banyak pori disekitar tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh (Aslan, dkk, 2011) bahwa porifera merupakan hewan berpori , dikatakan berpori karena di sekitar tubuhnya banyak terdapat lubang-lubang kecil. selain itu jika di identifikasi secara seksama  tubuh porifera terdapat beberapa bagian-bagian yang memiliki fungsi tertentu, bagian tubuh tersebut yakni spongocoel yang merupakan rongga dalam tubunya, osculum yang merupakan bagian yang dapat mengeluarlan air, dan holdfast yang digunakan untuk menancapkan tubuhnya ke substarat.
Lubang-lubang kecil atau pori yang terdapat pada permukaan tubuh porifera merupakan bagian yang berfungsi sebagai jalan masuk air dan partikel makanan yang bersama dengan masuknya air kedalam tubuh porifera. Didalam tubuh porifera terdapat rongga yang disebut spongosoel yang berfungsi sebagai saluran dalam proses sirkulasi air. Pada bagian ini terdapat sel koanosit yang berfungsi untuk menangkap makanan dengan menggunakan flagelnya yang masuk kedalam tubuh porifera melalui pori-pori permukaan tubuhnya yang masuk bersama dengan aliran air. Makanan yang ditangkap oleh flagel dari sel koanosit selanjutnya akan dicerna oleh sel tersebut dan sisa pencernaannya akan dikeluarkan dari dalam tubuh porifera melalui oskulum. Oskulum merupakan lubang yang terdapat di permukaan tubuh porifera yang berfungsi sebagai saluran pengeluaran dari sisa pencernaan dan saluran keluar dari sirkulasi air.                       Reproduksi pada porifera terjadi melalui dua cara yaitu secara aseksual dan dengan cara seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembentukan tunas (budding). Sedangkan reproduksi secara seksual dilakukan dengan cara peleburan sel kelamin jantan (sperma) dan sel telur (ovum). Dan sebagian besar hewan Porifera bersifat Hermafrodit, yaitu dalam satu individu mampu menghasilkan sperma dan sel telur sekaligus. Hal ini didukung oleh pernyataan (Aslan dkk, 2011) bahwa porifera berkembang biak dengan cara aseksual (pembentukan tunas ) dan seksual (peleburan sperma dan ovum).  
Porifera ini merupakan golongan hewan bersel banyak (metazoa) yang sangat primitif (sederhana). Sebagian besar hewan ini hidup di laut dangkal  pada kedalaman 3,5 - 5 meter. Porifera mempuyai bentuk tubuh menyerupai piala atau vas bunga dan hidup melekat pada dasar perairan (sessile). Tubuh porifera terdiri dari dua lapisan sel (diploblastik) dengan lapisan luar (epidermis) tersusun atas sel-sel berbentuk pipih yang disebut pinakosit. Sedangkan pada bagian dalam tersusun atas sel-el berleher dan berflagel disebut koanosit dan berfungsi untuk mencernakan makanan. Diantara epidermis dan koanositbuh  terdapat lapisan tengah berupa bahan kental yang disebut mesoglea atau mesenkim. Makanan Porifera berupa partikel zat organik atau makhluk hidup kecil yang masuk bersama air melalui pori-pori tubuhnya. Makanan akan ditangkap oleh flagel pada koanosit. Selanjutnya makanan dicerna di dalam koanosit. Dengan demikian pencernaannya secara intraselluler. Setelah dicerna, zat makanan diedarkan oleh sel-sel amubosit ke sel-sel lainnya. Sedangkan zat sisa makanan dikeluarkan melalui oskulum bersama sirkulasi air.           
Beberapa jenis sepon misalnya sepon jari berwarna oranye dapat diperdagangkan untuk menghias akuarium air laut. Adapula jenis sepon yang dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia, misalnya Callyspongia sp yakni dapat dipergunakan sebagai spons mandi.












V.  PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
            Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil pengamatan praktikum filum porifera yakni :
1.      Filum Porifera merupakan golongan hewan bersel banyak (metazoa) yang sangat primitif.
2.      Porifera mempunyai beberapa bagian tubuh yang penting seperti pori, spongocoel, holofast, spicula, dan koanosit
3.      Porifera termasuk diplobastik yang terdiri atas lapisan luar (epidermis) dan lapisan dalam, dan di antara kedua lapisan tersebut terdapat bahan kental yang disebut mesoglea.

5.2.  Saran
            Adapun saran yang bisa diajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya  asisten lebih mengawasi para praktikan dalam melakukan kegiatan. Hal ini dilakukan agar menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi pada saat identifikasi berlangsung.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996. Oseana. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Jakarta : 
                         LIPI. 15-31 hal.
Aslan,  dkk, 2011. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Kendari : Universitas 
                             Haluoleo. 1-2 hal.
Oemarjati, 1990. Taksonomi Avertebrata Pengantar Praktikum Laboratorium .
                            Jakarta : UI PRESS. 23-25 hal
Rohana,  2003. Biologi Umum. Yushis Tira. Jakarta.
Suwignyo, S. 2004. Avertebrata Air. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://gurungeblog.wordpress.com/2009/11/10/mengenal-seluk-beluk-phylum-
 porifera/ Diakses pada tanggal 23 Maret 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Porifera diakses pada tanggal 18 April 2009.